Rumah Adat Sumba, dengan arsitektur uniknya yang menawan, merupakan cerminan budaya dan sejarah masyarakat Sumba. Bangunan-bangunan megah ini bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol status sosial, pusat kegiatan ritual, dan bukti kearifan lokal yang telah teruji waktu. Dari bentuk atapnya yang khas hingga material bangunan yang digunakan, setiap detail menyimpan cerita dan makna mendalam yang patut kita telusuri.

Eksplorasi lebih lanjut akan mengungkap sejarah panjang rumah adat Sumba, mulai dari pengaruh budaya hingga adaptasi terhadap lingkungan. Kita akan melihat beragam jenis rumah adat, memahami fungsi sosial dan budayanya, serta tantangan dalam pelestariannya untuk generasi mendatang. Mari kita menyelami keindahan dan kekayaan warisan budaya Indonesia ini.

Sejarah Rumah Adat Sumba

Rumah adat Sumba, dengan arsitekturnya yang unik dan kokoh, menyimpan sejarah panjang yang terjalin erat dengan budaya dan lingkungan pulau ini. Desainnya yang khas, mencerminkan adaptasi masyarakat Sumba terhadap kondisi geografis dan kepercayaan spiritual mereka. Perkembangannya dari masa ke masa menunjukkan evolusi teknologi, perubahan sosial, dan pengaruh budaya luar yang secara bertahap membentuk wujud rumah adat Sumba seperti yang kita kenal sekarang.

Pengaruh Budaya dan Lingkungan terhadap Desain Rumah Adat Sumba

Rumah adat Sumba, seringkali disebut sebagai Uma Mbatang atau Uma Laka, menunjukkan keterkaitan yang kuat antara arsitektur dan lingkungan. Bentuk rumah yang tinggi dan beratap miring mencerminkan upaya adaptasi terhadap iklim tropis yang cenderung lembap dan curah hujan tinggi. Atap yang curam memungkinkan air hujan mengalir dengan cepat, mencegah kerusakan struktur bangunan. Material bangunan yang digunakan, seperti kayu, bambu, dan ijuk, merupakan sumber daya alam yang mudah diakses di Sumba.

Sementara itu, tata letak rumah dan ornamen yang menghiasi dinding dan atapnya merefleksikan sistem kepercayaan dan hierarki sosial masyarakat Sumba. Ukiran-ukiran yang rumit seringkali menceritakan kisah-kisah leluhur dan mitos yang diyakini oleh masyarakat setempat. Posisi rumah yang strategis, mempertimbangkan faktor angin dan sinar matahari, juga menunjukkan pemahaman masyarakat Sumba terhadap lingkungan sekitarnya.

Perubahan Signifikan dalam Konstruksi Rumah Adat Sumba Sepanjang Sejarah

Sepanjang sejarahnya, konstruksi rumah adat Sumba mengalami beberapa perubahan signifikan. Pada masa lalu, konstruksi lebih sederhana dengan penggunaan material lokal yang minim pengolahan. Seiring waktu, teknologi berkembang, dan penggunaan material juga mengalami diversifikasi. Meskipun demikian, prinsip-prinsip dasar dalam arsitektur rumah adat Sumba tetap dipertahankan. Misalnya, penggunaan kayu sebagai material utama dan desain atap yang miring masih menjadi ciri khas hingga saat ini.

Namun, ukuran dan tingkat kerumitan ornamen dapat bervariasi tergantung pada status sosial pemilik rumah dan ketersediaan sumber daya.

Perbandingan Gaya Arsitektur Rumah Adat Sumba dari Periode yang Berbeda

Mempelajari rumah adat Sumba dari berbagai periode menunjukkan adanya evolusi gaya arsitektur. Perubahan ini terkait erat dengan perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan pengaruh budaya dari luar. Meskipun perbedaannya, kesamaan dalam prinsip dasar desain tetap terlihat dengan jelas.

Periode Ciri Khas Atap Material Utama Fungsi Ruang Utama
Periode Awal (Pra-kolonial) Atap rendah, sederhana, terbuat dari ijuk atau rumbia. Kayu lokal, bambu, tanah liat. Ruang tengah berfungsi sebagai tempat tinggal, kegiatan sehari-hari, dan upacara adat.
Periode Transisi (Masa Kolonial) Atap mulai lebih tinggi dan lebih curam, masih menggunakan ijuk atau rumbia, kadang mulai menggunakan seng. Kayu lokal, bambu, tanah liat, mulai ada penambahan material impor seperti seng. Ruang tengah masih berfungsi utama, namun mulai ada pembagian ruang yang lebih terstruktur.
Periode Modern Atap tinggi dan curam, umumnya menggunakan seng atau genteng. Kayu berkualitas, bambu, semen, genteng, seng. Pembagian ruang lebih jelas, terdapat ruang tidur, ruang tamu, dan dapur yang terpisah. Ruang tengah tetap memiliki fungsi penting dalam kegiatan sosial dan upacara adat.

Karakteristik Fisik Rumah Adat Sumba

Rumah adat Sumba, dengan keunikannya yang mencolok, mencerminkan adaptasi masyarakat Sumba terhadap lingkungan dan nilai-nilai budaya mereka. Bentuk dan material bangunannya yang khas, serta simbolisme yang terkandung di dalamnya, menjadikan rumah adat ini sebagai warisan budaya yang berharga.

Secara umum, rumah adat Sumba memiliki bentuk persegi panjang atau bujur sangkar dengan atap yang menjulang tinggi. Struktur bangunannya kokoh dan tahan terhadap cuaca ekstrem yang umum terjadi di daerah tersebut. Keunikan arsitektur ini tak hanya estetis, tetapi juga merepresentasikan sistem sosial dan kepercayaan masyarakat Sumba.

Material Bangunan dan Keunggulannya

Rumah adat Sumba dibangun menggunakan material lokal yang melimpah di sekitarnya. Kayu merupakan material utama, khususnya kayu jati dan kayu ebony yang terkenal akan kekuatan dan keawetannya. Batu digunakan sebagai pondasi, memberikan kestabilan bangunan pada kondisi tanah yang beragam. Atapnya biasanya terbuat dari ijuk atau alang-alang yang dianyam rapat, memberikan perlindungan yang efektif dari panas dan hujan.

Penggunaan material lokal ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Ketahanan material-material ini terhadap cuaca ekstrim seperti angin kencang dan hujan lebat menjadi kunci ketahanan rumah adat Sumba selama bertahun-tahun.

Simbolisme Elemen Arsitektur

Setiap elemen arsitektur rumah adat Sumba sarat dengan makna dan simbolisme. Bentuk atap yang tinggi dan menjulang, misalnya, sering diinterpretasikan sebagai simbol status sosial pemilik rumah atau bahkan sebagai penghubung antara dunia manusia dan dunia roh. Ukiran-ukiran yang menghiasi dinding dan tiang rumah menggambarkan berbagai motif, seperti motif binatang, tumbuhan, dan pola geometris, yang masing-masing memiliki arti tersendiri dalam konteks budaya Sumba.

Warna-warna yang digunakan juga memiliki arti simbolis, misalnya warna merah yang sering dikaitkan dengan keberanian dan kekuatan. Penggunaan warna dan motif ini bukan hanya sekedar hiasan, tetapi juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat Sumba.

Detail Bagian Atap Rumah Adat Sumba

Atap rumah adat Sumba merupakan bagian yang paling menonjol dan menarik perhatian. Secara umum, atapnya berbentuk pelana atau limas, dengan kemiringan yang cukup curam untuk mempercepat aliran air hujan. Atap terdiri dari beberapa lapisan ijuk atau alang-alang yang dianyam dan disusun secara rapi. Bagian puncak atap seringkali dihiasi dengan ukiran-ukiran khas Sumba. Di bawah lapisan ijuk atau alang-alang terdapat rangka atap yang terbuat dari kayu, yang dirancang dengan kokoh untuk menahan beban atap dan beban angin yang cukup kuat.

Struktur atap ini, dengan kemiringan dan lapisan-lapisannya, sangat efektif dalam melindungi rumah dari panas dan hujan, bahkan dari angin kencang yang sering melanda daerah tersebut. Ukiran-ukiran di puncak atap berfungsi sebagai elemen estetis dan simbolis, sekaligus sebagai penangkal roh jahat menurut kepercayaan setempat. Bentuk atap yang tinggi juga melambangkan status sosial dan kekayaan pemilik rumah.

Fungsi Setiap Bagian Rumah Adat Sumba

  • Ruang Utama: Berfungsi sebagai tempat berkumpul keluarga, menerima tamu, dan melaksanakan upacara adat.
  • Ruang Tidur: Biasanya terletak di bagian belakang rumah, digunakan untuk istirahat dan privasi keluarga.
  • Dapur: Terpisah dari ruang utama, berfungsi sebagai tempat memasak dan menyiapkan makanan.
  • Gudang: Digunakan untuk menyimpan hasil panen dan perlengkapan rumah tangga.
  • Serambi: Berfungsi sebagai tempat beristirahat dan bersantai, juga sebagai tempat menerima tamu secara informal.
  • Atap: Sebagai pelindung dari panas, hujan, dan angin.
  • Pondasi: Memberikan kestabilan dan kekuatan pada bangunan.
  • Dinding: Sebagai pembatas ruangan dan pelindung dari cuaca.

Rumah Adat Sumba: Ragam Arsitektur dan Filosofi

Rumah adat Sumba, dengan keunikannya yang menawan, mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakatnya. Beragam bentuk dan ukuran rumah adat ini tersebar di berbagai wilayah Sumba, dipengaruhi oleh faktor geografis, sosial, dan ekonomi. Perbedaan tersebut bukan sekadar variasi estetika, melainkan juga merepresentasikan hierarki sosial, status ekonomi, dan bahkan kepercayaan spiritual masyarakat Sumba.

Klasifikasi Jenis Rumah Adat Sumba Berdasarkan Lokasi dan Desain

Rumah adat Sumba dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, terutama lokasi geografis dan perbedaan desain arsitekturnya. Secara umum, perbedaan ini terlihat pada ukuran, bentuk atap, material bangunan, dan ornamen yang digunakan. Pengelompokan ini bukanlah pembagian yang absolut, karena seringkali terdapat variasi dan percampuran ciri khas antar wilayah.

Ciri Khas Tiga Jenis Rumah Adat Sumba

Untuk memperjelas perbedaan dan persamaan, kita akan fokus pada tiga jenis rumah adat Sumba yang representatif. Meskipun variasi antar rumah dalam satu tipe masih ada, perbedaan umum akan dijabarkan untuk memudahkan pemahaman.

  • Rumah Adat Kampung Melolo: Rumah adat ini umumnya ditemukan di wilayah Melolo, Sumba Timur. Ciri khasnya adalah bentuk atap yang tinggi dan menjulang, menyerupai perahu terbalik. Atapnya terbuat dari ijuk yang tebal dan kuat, mampu menahan panas matahari dan hujan deras. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang dilapisi tanah liat, memberikan kesan kokoh dan sederhana. Ukurannya bervariasi, bergantung pada status sosial pemilik rumah.

    Ornamen ukiran pada tiang dan dinding biasanya menampilkan motif-motif khas Sumba, menggambarkan kehidupan sehari-hari atau kepercayaan spiritual.

  • Rumah Adat Waikabubak: Berbeda dengan rumah di Melolo, rumah adat Waikabubak di Sumba Barat memiliki atap yang lebih rendah dan cenderung lebih lebar. Bentuknya lebih persegi panjang dan lebih datar. Material bangunan umumnya sama, yaitu bambu dan tanah liat, namun teknik konstruksinya mungkin sedikit berbeda. Ukiran pada rumah adat Waikabubak juga khas, cenderung lebih geometris dan minimalis dibandingkan rumah adat Melolo.

    Ukurannya juga bervariasi, menyesuaikan kebutuhan keluarga dan status sosial pemilik.

  • Rumah Adat Prai Ijing: Rumah adat ini, yang bisa ditemukan di daerah pantai, cenderung lebih sederhana dan lebih kecil ukurannya dibandingkan dua tipe sebelumnya. Atapnya seringkali berbentuk pelana dan lebih rendah. Material bangunan mungkin menggunakan lebih banyak kayu dan bahan-bahan yang mudah didapat di daerah pesisir. Ornamen ukirannya lebih jarang ditemukan dibandingkan dua jenis rumah adat sebelumnya.

Perbandingan dan Persamaan Tiga Jenis Rumah Adat Sumba

Karakteristik Rumah Adat Melolo Rumah Adat Waikabubak Rumah Adat Prai Ijing
Bentuk Atap Tinggi, menyerupai perahu terbalik Rendah, lebar, datar Pelana, rendah
Ukuran Variatif, cenderung besar Variatif, ukuran sedang Relatif kecil
Material Ijuk, bambu, tanah liat Ijuk, bambu, tanah liat Kayu, bambu, tanah liat
Ornamen Ukiran motif khas Sumba, detail Ukiran geometris, minimalis Sedikit atau tanpa ornamen

Peta Konsep Hubungan Antar Jenis Rumah Adat Sumba

Peta konsep ini akan menggambarkan hubungan antar tiga jenis rumah adat berdasarkan kesamaan dan perbedaannya. Kesamaan utama terletak pada penggunaan material dasar yang serupa (bambu, tanah liat, dan ijuk), serta adanya unsur-unsur filosofi dan kepercayaan masyarakat Sumba yang tercermin dalam desain dan konstruksinya. Perbedaan utama terletak pada bentuk atap, ukuran, dan tingkat kerumitan ornamen. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor geografis, sosial, dan ekonomi masing-masing wilayah.

(Ilustrasi peta konsep berupa diagram Venn atau mind map dapat digambarkan di sini, menggambarkan kesamaan dan perbedaan antar ketiga jenis rumah adat. Namun, karena keterbatasan format, deskripsi verbal digunakan sebagai pengganti.)

Ilustrasi Tiga Jenis Rumah Adat Sumba

Rumah Adat Melolo: Bayangkan sebuah rumah panggung dengan atap yang menjulang tinggi, seperti perahu terbalik yang gagah. Atapnya terbuat dari ijuk yang tebal dan berwarna gelap, melindungi bangunan dari terik matahari dan hujan lebat. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang kokoh, dilapisi tanah liat berwarna kecoklatan. Ukiran-ukiran rumit menghiasi tiang-tiang penyangga dan dinding, menampilkan motif-motif hewan, manusia, dan simbol-simbol spiritual masyarakat Sumba.

Rumah ini tampak megah dan kokoh, memancarkan aura keanggunan dan kekayaan budaya.

Rumah Adat Waikabubak: Rumah ini tampak lebih rendah dan lebar dibandingkan rumah adat Melolo. Atapnya lebih datar dan cenderung persegi panjang. Meskipun tetap menggunakan ijuk sebagai atap dan bambu serta tanah liat sebagai dinding, konstruksinya tampak lebih sederhana. Ukirannya lebih geometris dan minimalis, namun tetap menampilkan estetika khas Sumba. Rumah ini tampak kokoh dan fungsional, mencerminkan kehidupan masyarakat Sumba yang sederhana namun bermartabat.

Rumah Adat Prai Ijing: Bayangkan sebuah rumah yang lebih kecil dan sederhana, dibangun di dekat pantai. Atapnya berbentuk pelana, terbuat dari ijuk atau mungkin material lain yang lebih mudah didapat di daerah pesisir. Dindingnya mungkin terbuat dari kayu dan bambu yang lebih sederhana, tanpa banyak ornamen. Rumah ini tampak lebih fungsional dan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya.

Makna dan Fungsi Rumah Adat Sumba

Rumah adat Sumba, dengan arsitektur unik dan nilai filosofis yang mendalam, merupakan lebih dari sekadar tempat tinggal. Bangunan-bangunan megah ini berperan penting dalam kehidupan sosial, budaya, dan spiritual masyarakat Sumba, mencerminkan sejarah, kepercayaan, dan hierarki sosial mereka. Pemahaman akan fungsi dan makna rumah adat ini krusial untuk menghargai kekayaan budaya Sumba dan upaya pelestariannya.

Fungsi Sosial dan Budaya Rumah Adat Sumba

Rumah adat Sumba, khususnya rumah panggung tradisional, berfungsi sebagai pusat kehidupan sosial masyarakat. Di dalamnya, berbagai aktivitas penting berlangsung, mulai dari kegiatan sehari-hari hingga perayaan adat dan upacara ritual. Ruang-ruang dalam rumah terbagi berdasarkan fungsi dan status penghuninya, menciptakan interaksi sosial yang terstruktur dan terorganisir. Rumah ini juga menjadi tempat berkumpulnya keluarga besar, menjaga ikatan kekeluargaan yang kuat dan melestarikan tradisi turun-temurun.

Peran Rumah Adat Sumba dalam Upacara Adat dan Ritual Keagamaan

Rumah adat Sumba memiliki peran sentral dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan. Beberapa upacara penting, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian, dilakukan di dalam atau di sekitar rumah adat. Ornamen dan dekorasi rumah, serta tata letak ruangan, memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan kepercayaan dan ritual keagamaan masyarakat Sumba. Rumah adat menjadi tempat sakral yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia roh leluhur.

Rumah Adat Sumba sebagai Refleksi Hierarki Sosial dan Status Ekonomi

Ukuran, material, dan ornamen rumah adat Sumba mencerminkan status sosial dan ekonomi penghuninya. Rumah-rumah besar dengan ukiran rumit dan material berkualitas tinggi menandakan kekayaan dan kedudukan sosial yang tinggi. Sebaliknya, rumah yang lebih sederhana menunjukkan status sosial yang lebih rendah. Perbedaan ini bukan sekadar perbedaan estetika, melainkan merepresentasikan sistem hierarki sosial yang kompleks dalam masyarakat Sumba.

Rumah Adat Sumba sebagai Penjaga Identitas Budaya

Rumah adat Sumba merupakan elemen penting dalam menjaga dan melestarikan identitas budaya masyarakat Sumba. Arsitektur, material, dan teknik pembangunan rumah adat merupakan warisan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Melalui pelestarian rumah adat, masyarakat Sumba menjaga keunikan budaya mereka dan menghindari ancaman akulturasi budaya yang berlebihan.

Pelestarian rumah adat Sumba bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan lembaga terkait, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Sumba dan generasi mendatang. Rumah-rumah ini merupakan warisan budaya yang berharga, yang harus dijaga kelestariannya agar tetap lestari dan menjadi kebanggaan bagi seluruh bangsa Indonesia. Kehilangan rumah adat berarti kehilangan bagian penting dari sejarah dan identitas budaya Sumba.

Pelestarian Rumah Adat Sumba

Rumah adat Sumba, dengan arsitektur unik dan nilai budaya yang tinggi, menghadapi berbagai tantangan dalam upaya pelestariannya. Perpaduan antara faktor alam, sosial, dan ekonomi mengancam keberlangsungan bangunan-bangunan bersejarah ini. Oleh karena itu, strategi dan program pelestarian yang komprehensif sangat diperlukan untuk memastikan warisan budaya ini tetap lestari bagi generasi mendatang.

Tantangan dan Ancaman terhadap Kelestarian Rumah Adat Sumba

Beberapa faktor utama mengancam kelestarian rumah adat Sumba. Kerusakan akibat bencana alam seperti gempa bumi dan angin kencang merupakan ancaman nyata. Selain itu, kurangnya pemeliharaan dan perawatan yang memadai menyebabkan degradasi material bangunan secara bertahap. Perubahan sosial ekonomi masyarakat, seperti urbanisasi dan pergeseran nilai budaya, juga turut berkontribusi terhadap kurangnya perhatian terhadap pelestarian rumah adat. Terakhir, kurangnya pendanaan dan keterbatasan akses teknologi untuk perbaikan dan pemeliharaan juga menjadi kendala signifikan.

Strategi dan Program Pelestarian Rumah Adat Sumba

Pelestarian rumah adat Sumba memerlukan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak. Strategi yang efektif harus mencakup aspek fisik dan budaya. Secara fisik, perlu dilakukan inventarisasi dan pemetaan rumah adat yang masih ada, serta program perawatan dan perbaikan secara berkala. Penggunaan material tradisional yang ramah lingkungan dan teknik konstruksi tradisional perlu dijaga dan dipromosikan. Secara budaya, perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam rumah adat.

Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan budaya yang melibatkan masyarakat setempat.

  • Pengembangan program pelatihan bagi masyarakat lokal dalam teknik perawatan dan perbaikan rumah adat.
  • Penetapan kawasan konservasi untuk melindungi rumah adat dari pembangunan yang tidak terkendali.
  • Kerjasama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi untuk pengembangan teknologi pelestarian yang tepat guna.
  • Pemanfaatan dana CSR perusahaan untuk mendukung program pelestarian.

Meningkatkan Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Pelestarian Rumah Adat Sumba

Meningkatkan kesadaran masyarakat merupakan kunci keberhasilan pelestarian rumah adat Sumba. Program edukasi dan sosialisasi perlu dilakukan secara intensif melalui berbagai media, seperti sekolah, komunitas, dan media massa. Pentingnya menanamkan rasa bangga dan kepemilikan terhadap rumah adat sejak usia dini. Penggunaan media sosial dan platform digital juga dapat dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi dan kampanye pelestarian.

  • Penyelenggaraan festival budaya yang menampilkan keunikan rumah adat Sumba.
  • Pengembangan materi edukasi tentang rumah adat Sumba untuk sekolah-sekolah.
  • Pembuatan film dokumenter atau video pendek yang menceritakan sejarah dan nilai budaya rumah adat Sumba.

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Pelestarian Rumah Adat Sumba

Pemerintah memiliki peran penting dalam menyediakan regulasi dan dukungan pendanaan untuk pelestarian rumah adat. Peraturan daerah yang melindungi rumah adat dari kerusakan dan pembangunan yang tidak terkendali sangat dibutuhkan. Selain itu, pemerintah juga perlu memfasilitasi kerjasama antara berbagai pihak, termasuk masyarakat lokal, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta. Masyarakat setempat memiliki peran krusial dalam menjaga dan melestarikan rumah adat.

Kepemilikan dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap rumah adat perlu terus dipelihara dan ditingkatkan.

Rekomendasi Kebijakan untuk Pelestarian Rumah Adat Sumba Jangka Panjang

Kebijakan jangka panjang harus berfokus pada keberlanjutan dan kemandirian program pelestarian. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang memberikan insentif bagi masyarakat yang aktif dalam pelestarian rumah adat, misalnya melalui bantuan dana pemeliharaan atau pelatihan keterampilan. Penting juga untuk mengembangkan model ekonomi yang berkelanjutan yang dapat mengintegrasikan pelestarian rumah adat dengan kegiatan ekonomi lokal, seperti pengembangan wisata budaya.

  • Pembentukan badan khusus yang bertanggung jawab atas pelestarian rumah adat Sumba.
  • Penetapan anggaran khusus dalam APBD untuk mendukung program pelestarian.
  • Penyusunan pedoman teknis untuk perawatan dan perbaikan rumah adat.

Ringkasan Akhir

Rumah adat Sumba lebih dari sekadar bangunan; ia adalah representasi hidup, sejarah, dan identitas budaya masyarakat Sumba. Memahami sejarah, karakteristik, dan fungsi sosialnya penting untuk menghargai warisan budaya yang tak ternilai ini. Upaya pelestarian, baik secara fisik maupun budaya, menjadi tanggung jawab bersama untuk memastikan keindahan dan makna rumah adat Sumba tetap lestari bagi generasi mendatang. Semoga pemahaman yang lebih dalam tentang rumah adat Sumba ini dapat menginspirasi kita semua untuk turut serta dalam pelestariannya.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *